Sabtu, 31 Oktober 2009

GERBANG LOGIKA

LANDASAN TEORI
Pendahuluan

Seluruh rangkaian digital yang rumit, pada dasarnya dibentuk oleh gerbang-gerbang logika dasar, seperti gerbang OR, gerbang AND dan INVERTER. Untuk merealisasikan rangkaian digital yang diinginkan, maka diperlukan pengetahuan tentang fungsi dan kegunaan gerbang-gerbang logika dasar tersebut.
Dalam merancang rangkaian digital yang rumit, kita dapat menyusun gerbang-gerbang logika dasar menjadi suatu rangkaian digital sesuai dengan yang kita inginkan. Pada kenyataannya, IC yang telah diproduksi kebanyakan merupakan kumpulan dari beberapa gerbang logika, misalnya IC SN7404 terdiri atas beberapa gerbang INVER-TER. Oleh karena itu, dalam perancangan, selain mempertimbangkan ketepatan ran-cangan, perlu dipertimbangkan pula bagaimana merealisasikan rancangan itu sesuai dengan IC yang ada sehingga penggunaan IC bisa optimal.
Praktikum modul ini memperkenalkan perancangan rangkaian digital yang mempertimbangkan kedua hal tersebut diatas sehingga praktikan mampu merancang rangkaian yang tidak saja benar tetapi juga optimal.
Dalam praktikum ini akan digunakan Project-Board (atau Prototyping-PCB) dan/atau board FPGA sebagai sarana untuk merealisasikan rangkaian digital yang anda rancang.

Dasar Teori
Perancangan sebuah rangkaian logika kombinasional umumnya diawali dengan penjelasan dan spesifikasi devais dan diakhiri dengan pengujian rangkaian logika yang sesuai. Berikut ini adalah langkah-langkah-langkah (prosedur) perancangan :
a) Memahami Devais. Menggambarkan fungsi devais, kemudian menentukan spesifikasi input dan output, serta membuat diagram blok.
b) Menyatakan algoritma. Menentukan algoritma dan/atau manipulasi biner yang diperlukan untuk desain.
c) Membuat Tabel Kebenaran. Dari Algoritma yang digunakan, membuat table kebenaran yang menjelaskan hubungan I/O dengan lebih terperinci.
d) Menentukan fungsi output. Memetakan dan menyederhanakan informasi yang terdapat dalam tabel kebenaran untuk mendapatkan ekspresi logika output.
e) Membuat Diagram Logika. Menggunakan sebuah gate atau pendekatan modular untuk mengimplementasikan ekspresi logika yang diperoleh pada no 4.
f) Memeriksa Hasil. Memeriksa kembali rangkaian logika berdasarkan fungsi atau logikanya.

TUJUAN:
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu

􀂾 Membuat rangkaian dari kombinasi gerbang dasar

􀂾 Memahami cara kerja rangkaian dari kombinasi gerbang dasar

PERALATAN:

1. Logic Circuit Trainer ITF-02 / DL-02

2. Oscilloscope

TEORI:
Sebuah rangkaian logika merupakan kumpulan dari beberapa buah atau jenis gerbang logika dasar. Secara garis besar, sebuah rangkaian logika dapat digambarkan sebagai sebuah kotak hitam yang mempunyai beberapa input dan sebuah output, seperti ditunjukkan pada gambar 2-1.


Gambar 2-1. Blok Dasar Rangkaian Gerbang Logika

Rangkaian logika merepresentasikan fungsi tertentu yang dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan logika. Sebagai contoh, diberikan persamaan logika sebagai berikut:



Bentuk persamaan di atas dapat direpresentasikan menjadi rangkaian logika seperti gambar 2-2.




Gambar 2-2. Rangkaian logika dari persamaan (2-1)
Tabel Kebenaran dari rangkaian pada gambar 2-2 ditunjukkan pada Tabel 2-1.

Tabel 2-1. Tabel Kebenaran Rangkaian Logika


Selain dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan logika, fungsi-fungsi logika dapat pula dijabarkan dalam bentuk statement atau pernyataan. Sebagai contoh, alarm mobil akan menyala jika ada kondisi kunci kontak terpasang dan pintu terbuka atau lampu atas menyala dan pintu terbuka. Statement di atas dapat direpresentasikan menjadi bentuk rangkaian logika seperti pada gambar 2-3.

Gambar 2-3. Representasi Rangkaian Logika berdasarkan statement

Di mana :
X = kunci kontak
Y = Pintu
Z = Lampu atas
Hasil yang didapat dari rangkaian logika pada gambar 2-3 ditunjukkan pada Tabel Kebenaran 2-2. Pada Tabel Kebenaran tersebut hanya kondisi X dan Y bernilai ‘1’ atau Y dan Z bernilai ‘1’ yang menyebabkan alarm menyala (bernilai ‘1’).
Tabel 2-2. Tabel Kebenaran Rangkaian Logika gambar 2-3
PRINSIP DAN PERANCANGAN RANGKAIAN LOGIKA
A. GERBANG LOGIKA


Read more

Minggu, 25 Oktober 2009

STRUKTUR DATA

sturktur data adalah tata cara(susunan) penyimpanan data di memori komputer atau perangkat penyimpanan sekunder
sehingga memudahkan untuk melakukan manipulasi data, misalnya: penambahan, pengurutan, pencarian,
dan penghapusan data.
Read more

ENTITAS

Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik.
Abstraksi, misalnya, biasanya dianggap juga sebagai suatu entitas. Dalam pengembangan sistem, entitas digunakan
sebagai model yang menggambarkan komunikasi dan pemrosesan internal seperti misalnya membedakan dokumen dengan
pemrosesan pesanan.
[sunting] Entitas dalam informatika

Analisis Data, Informasi dan Database

Entitas

* Sebuah database dapat dimodelkan sebagai
o sekumpulan entitas
o Hubungan antarentitas
* Entitas (entity) adalah sebuah objek yang keberadaannya dapat dibedakan terhadap objek lain
o Entitas dapat berupa orang, benda, tempat, kejadian, konsep
+ Contoh:
# Orang: MAHASISWA, DOSEN, PEMASOK, PENJUAL
# Benda: MOBIL, MESIN, RUANGAN
# Tempat: NEGARA, DESA, KAMPUNG
# Kejadian: PENJUALAN, REGISTRASI
# Konsep: REKENING, KURSUS
* Sebuah entitas memiliki sejumlah atribut
o Contoh: mahasiswa memiliki nama dan alamat
* Himpunan entitas adalah sekumpulan entitas yang berbagi atribut yang sama
o Contoh: sekumpulan mahasiswa, dosen, atau perusahan.

Entitas adalah sesuatu yang ada dan dapat melaksanakan suatu kegiatan dan dapa berupa subyek hukum tersendiri.
Read more

DALIL TENTANG ASBABUN NUZUL

DALIL TENTANG ASBABUN NUZUL

Q.S. Al-Baqarah :215 :

                    •    
215. Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.


Q.S. Al-Baqarah :220 :
.

                            •    
220. Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


Q.S. Al-Baqarah :221 :


                               •     •      ••   
221. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.


Q.S. Al-Baqarah :222 :


                         •      
222. Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.


Q.S. Yusuf : 1-3 :

                              
1. Alif, laam, raa[741]. ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).
2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.


Q.S. Baqarah : 185 :

       ••      
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).



Q.S. Al-Qadr : 1 :

     
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].

[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.


Q.S. Ad-Dukhan : 3 :

       •  
3. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

[1369] Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.


Q.S. Al-Furqan : 33 :

       • 
33. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya[1067].

[1067] Maksudnya: Setiap kali mereka datang kepada Nabi Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.


Q.S. Al-Isra’ : 106 :


    ••   •  
106. Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.





Q.S. Asy-Syu’ara : 192-195 :

                   
192. Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
195. Dengan bahasa Arab yang jelas.


Q.S. An-Nahl : 102 :

 •  •          
102. Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".


Q.S. Al-Jassiyat : 2 :

      
2. Kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


Q.S. Al-Baqarah : 23 dan 97 :

     •               
23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

[31] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.

      •            
97. Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.


Q.S. Al-Furqan : 32 :

               •  
32. Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

[1066] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.


Q.S. Al-Kahfi : 6 :

           

6. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).


Q.S. Al-Ahqaaf : 35 :

       

35. Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar.






Q.S. Al-Jumuah : 2 :

                     
2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,


Q.S. Al-A’raf : 57 :

         •               •       •        •       
57. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.


Q.S. Al-Isra’ : 32-33 :

            •                      
32. Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
33. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar[853]. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.

[853] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.
[854] Maksudnya: kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau Penguasa untuk menuntut kisas atau menerima diat. qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat Dia mendapat siksa yang pedih. diat ialah pembayaran sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan.


Q.S. Al-Baqarah : 219 :

           ••                   
219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

[136] Segala minuman yang memabukkan.

Q.S. An-Nisa’ : 43 :

             •       
43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.

[301] Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.




Q.S. Hud : 1 :

           
1. Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci[707], yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu,

[707] Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang mengenai ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan lain-lain.


Q.S. An-Nisa’ : 82 :

              
82. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.


Q.S. Al-Isra’ : 88 :


                   
88. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
Read more

Jumat, 23 Oktober 2009

MASJID AL AQSA


Masjid Al Aqsa Sebenarnya


Ini foto dari teman saya sewaktu melawat AL_AQSA [ yg sebenarnya bukan bohongan atau hasil rekayasa] di Jerusalem, Subhanallah …… Foto ini bisa lolos karena tidak diketahui oleh pihak israel laknatulloh yg menjaga tempatnya dengan sangat ketat. Bukti kebesaran Allah SWT batu tempat duduk Nabi Muhammad SAW Isra Mi’raj sampai kini masih tetap melayang di udara. Pada saat Nabi Muhammad mau Mi’raj batu tsb ikut, tetapi Nabi SAW menghentakan kakinya pada batu tsb, maksudnya agar batu tsb tak usah ikut. Kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW tentang batu gantung tsb yang berada dalam masjid Umar [Dome of the Rock] di Lingkungan Masjidil AQSHA di Yarusalem.
Sampai sekarang mesjid dome of rock ditutup untuk umum, dan Yahudi membuat mesjid lain Al Sakhra tak jauh disebelahnya dengan kubah “emas” (yg sering terlihat di poster2 yg disebarkan ke seluruh dunia dimana2) dan disebut sebagai Al Aqsa, untuk mengelabui ummat islam dimana mesjid Al Aqsa yang sebenarnya, yang Nabi Muhammad SAW pernah sebutkan Al Aqsa sebagai “mesjid kubah biru”.
Saat ini mesjid Al Aqsa yg sebenarnya sudah diambil alih oleh israel , dan rencananya mau dihancurkan untuk diganti sebagai temapat ibadah mereka karena bersebelahan dengan tembok ratapan.
Subhanallahh….bagus untuk di baca…..
*Ali bin Abi Talib r.a berkata :
“Sewaktu Rasullullah S.A.W duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tibadatanglah satu rombongan orang-orang Yahudi, lalu berkata : ‘ Ya Muhammad, kami hendak tanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa A.S.yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.’ Lalu Rasullullah S.A.W. bersabda :
” Silahkan bertanya.’ Berkata orang Yahudi : ‘ Silahkan terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.”
Sabda Rasullullah S.A.W. : ” Sholat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada TuhanNya , Sholat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam A.S. memakan buah Khuldi , Sholat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam A.S. , maka setiap mukmin yang sholat Maghrib dengan ikhlas kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya .”
Sholat Isya’ itu ialah sholat yang dikerjakan oleh para Rasul-Rasul sebelumku , Sholat Subuh adalah sebelum terbit matahari , ini karena apabila matahari terbit , terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan disitu sujudnya tiap orang kafir.
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah S.A.W. maka mereka berkata : ‘ Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan di dapati oleh orang yang sholat.’
Rasullullah S.A.W bersabda : ” Jagalah waktu-waktu sholat terutama sholat yang pertengahan , Sholat Zuhur , pada saat itu nyalanya neraka Jahanam , orang mukmin yang mengerjakan sholat pada ketika itu akan diharamkan keatasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.”
Sabda Rasullullah S.A.W. lagi : ” Manakala sholat Asar , adalah saat di mana Nabi Adam A.S. Memakan buah Khuldi. Orang mukmin yang mengerjakan sholat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.”
Setelah itu Rasullullah S.A.W. membaca ayat yang bermaksud : ” Jagalah waktu-waktu sholat terutama sekali sholat yang pertengahan , sholat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam A.S. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan sholat Maghrib kemudian meminta sesuatu dari Allah maka Allah akan perkenankan.
‘Sabda Rasullullah S.A.W. : ” Sholat Isya’ (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan sholat Isya’ berjamaah , Allah S.W.T. haramkan dari terkena nyalanya api neraka dan diberinya cahaya untuk menyeberangi titian sirath.”
Sabda Rasullullah S.A.W. seterusnya : ” Sholat Subuh pula , seorang mukmin yang mengerjakan sholat Subuh selama 40 hari secara berjamaah , diberi oleh Allah S.W.T. dua kebebasan yaitu :
1. Dibebaskan dari api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah S.A.W. maka mereka berkata : ‘ Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (S.A.W). Kini katakan pula kepada kami semua kenapakah Allah S.W.T. mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu ? ‘
Sabda Rasullullah S.A.W. : ” Ketika Nabi Adam memakan buah pohon yang dilarang , lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam A.S. selama 30 hari. Kemudian Allah S.W.T. mewajibkan ke atas keturunan Adam A.S. berlapar selama 30 hari. Sementara izin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah S.W.T. kepada makhlukNya.”
Kata orang Yahudi : ‘Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami ganjaran pahala yang diperolehi dari puasa itu ‘.
Sabda Rasullullah S.A.W. : ” Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah S.W.T. dia akan diberi oleh Allah S.W.T. tujuh perkara :
1. Akan dicairkan daging haram yg tumbuh dari badannya ( daging yang tumbuh dengan makanan yang haram ) .
2. Rahmat Allah senantiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan dari merasa lapar dan haus.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang sangat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T. pada hari Kiamat untuk menyeberang titian sirath.
7. Allah S.W.T. akan memberinya kemudian di syurga.
Kata orang Yahudi : ‘ Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu antara semua para nabi-nabi ‘.
Sabda Rasullullah S.A.W. : ” Seorang nabi mengunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya ( untuk saya gunakan memberi syafaat pada umat saya di hari kiamat ) ‘.
Kata orang Yahudi : ‘Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa asyhadu anna Muhammada Rasulullah ( kami percaya bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan engkau utusan Allah ) ‘. ” Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu , dengan sedikit ketakutan , kelaparan , kekurangan harta , jiwa dan buah2an. Dan berilah berita gembira kepada orang2 yang sabar.” (Al-Baqarah : 155)
Disebutkan di dalam satu riwayat, bahawasanya apabila para makhluk dibangkitkan dari kubur, mereka semuanya berdiri tegak di kubur masing masing selama 44 tahun UMUR AKHIRAT dalam keadaan TIDAK MAKAN dan TIDAK MINUM, TIDAK DUDUK dan TIDAK BERCAKAP.
Bertanya orang kepada Rasulullah S.A.W. : “Bagaimana kita dapat mengenali ORANG-ORANG MUKMIN kelak di hari qiamat ? ” Maka jawabnya Rasulullah S.A.W., ” Umat dikenal karena WAJAH mereka putih disebabkan oleh WUDHU ” .
Bila qiamat datang maka malaikat datang ke kubur orang mukmin sambil membersihkan debu di badan mereka KECUALI pada tempat sujud. Bekas SUJUD tidak dihilangkan. Maka memanggillah dari zat yang memanggil.
Bukanlah debu itu dari debu kubur mereka, akan tetapi debu itu ialah debu KEIMANAN mereka. Oleh itu tinggallah debu itu sehingga mereka melalui titian Siratul Mustaqim dan memasuki alam syurga, sehingga setiap orang melihat para mukmin itu mengetahui bahwa mereka adalah pelayan Ku dan hamba-hambaKu.
Disebutkan oleh hadith Rasulullah saw bahwa sepuluh orang yang mayatnya TIDAK BUSUK dan TIDAK REPUT dan akan bangkit dalam tubuh asal diwaktu mati :
1. Para Nabi
2. Para Ahli Jihad
3. Para Alim Ulama
4. Para Syuhada
5. Para Penghafal Al Quran
6. Imam atau Pemimpin yang Adil
7. Tukang Azan
8. Wanita yang mati kelahiran/beranak
9. Orang mati dibunuh atau dianiaya
10. Orang yang mati di siang hari atau di malam Jumat jika mereka itu dari kalangan orang yang beriman.
Di dalam satu riwayat yang lain dari Jabir bin Abdullah r.a sabda Rasulullah S.A.W. : Apabila datang hari qiamat dan orang orang yang berada di dalam kubur dibangkitkan maka Allah SWT memberi wahyu kepada Malaikat Ridhwan :
Wahai Ridhwan, sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba Ku berpuasa (ahli puasa) dari kubur mereka di dalam keadaan letih dan dahaga. Maka ambillah dan berikan mereka segala makanan yang digoreng dan buah buahan syurga.
Maka Malaikat Ridhwan menyeru, wahai sekalian kawan-kawan dan semua anak-anak yang belum baligh, lalu mereka semua datang dengan membawa dulang dari nur dan berhimpun dekat Malaikat Ridhwan bersama dulang yang penuh dengan buahan dan minuman yang lezat dari syurga dengan sangat banyak melebihi daun-daun kayu di bumi.
Tolong sebarkan kisah ini kepada saudara Islam yang lain. Ilmu yang bermanfaat ialah salah satu amal yang berkekalan bagi orang yang mengajarnya meskipun dia sudah mati. ” Dan (ingatlah) Allah senantiasa mengetahui dengan mendalam akan apa jua yang kamu lakukan.” ( Surah Al-Baqarah : 237 )*
*Wassalam, *
Read more

Selasa, 20 Oktober 2009

kualitas udara

Sejak tahun 1976 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan pemantauan terhadap beberapa parameter kualitas udara yang berdampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat. Pendirian jaringan pemantauan kualitas udara di Indonesia berkaitan erat dengan program-program Badan Meteorologi Se Dunia (WMO) antara lain Program Global Ozone Observing System (GO3OS) di tahun 1950-an, Program Background Air Pollution Monitoring Network (BAPMoN) di tahun 1960-an, Program Global Atmosphere Watch (GAW) tahun 1989 dan Program GAW Urban Research Meteorological and Environment (GURME) tahun 1999. Sampai saat ini stasiun pemantau terdiri atas 26 stasiun pemantau kimia air hujan(KAH) serta 37 stasiun pemantau konsentrasi debu (SPM).

Sampai saat ini BMKG memiliki 43 jaringan stasiun pemantau kualitas udara. Dari 43 Stasiun/ Unit Kerja Pemantau Kualitas Udara, melakukan pengamatan parameter kualitas udara sebagai berikut: Sebanyak 41 Stasiun melakukan pengamatan SPM (Suspended Particle Matter), dan 29 stasiun diantaranya selain SPM juga melakukan pengamatan komposisi kimia atmosfer/tingkat keasaman/kimia air hujan.

Lima (5) stasiun berada di wilayah DKI Jakarta, dan khususnya di kantor Pusat BMKG Jakarta selain melakukan pengukuran SPM dan komposisi kimia air hujan, juga melakukan pengukuran SO2, NO2, aerosol dan ozon permukaan. Sedangkan di Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW Station) yang berlokasi di Bukit Kototabang- Sumatera Barat yang terletak pada posisi 00o 12' 17" LS dan 100o 19" 15" BT pada ketinggian 864.5 meter di atas permukaan laut, dilakukan pemantauan parameter kualitas udara yang lebih komprehensif, meliputi : Aerosol PM10,PM2,5,NO2,SO2,CO,O3,Gas Rumah Kaca (CH4, CO2,N20,SF6) dan radiasi UV-B

Fungsi stasiun GAW adalah untuk mengkoordinasikan pengamatan dan penelitian perubahan komposisi atmosfer dengan tujuan : - Memahami peranan kimia atmosfer kaitannya dengan perubahan iklim regional-global. - Mengevaluasi pengaruh kimia atmosfer terhadap lingkungan. Dalam hal ini berkaitan dengan pengendapan unsur yang berbahaya di bumi, ekosistem laut dan air tawar, siklus alami dari unsur kimia pada sistem global atmosfer, samudera dan biosfer. Pemantauan kualitas udara pada Stasiun GAW yang dilakukan saat ini, meliputi parameter NO2, SO2, aerosol, ozon permukaan, radiasi matahari, CO, CO2, PM10, PM2,5 , Flask Sampling.
Read more

telur

Gak ada maksud apa-apa,cuma mau share aja kesalahan manusia turun temurun untuk merebus telur atau bahasa jawane "Godog Endog" kemanapun pergi, mau beli gudeg telur,opor telur,semur telur,pindang telur pasti sering menemukan telur rebus yang telur kuningnya kelihatan atau melotot,malah kadang -kadang telur kuning copot dari telur putihnya...cuma salut sama orang Minang kalau bikin telur rebus balado rapi banget kuning telurnya tidak pernah kelihatan...
Thread ini mungkin cuma sekali dibaca seumur hidup dan itu sudah cukup sehingga tidak salah lagi kalau merebus telur,terutama bagi cewek yang hobinya masak mesti baca biar ndak malu sama calon ibu mertua yang "jarsen" alias jarang senyum dan yang sangar tampangnya.
Cara merebus telur yang salah:
Ambil panci sesuai dengan ukurannya, jangan pakai panci besar kalau cuma mau rebus satu telur...maksudnya itu...jadi biasanya orang akan mengisi panci dengan air dan telur mentah berbarengan kemudian diletakan diatas tungku api, maksud logisnya, karena telur mudah pecah jadi aman melakukan hal seperti ini...dan inilah pangkal kesalahannya..maka ketika sudah masak dan telur dikupas dari kulitnya,telur akan warna warni ada yang kuningnya melotot dikit, ada yang melotot banyak.. bahkan ada yang kuningnya langsung coplok..plok.jatuh dan lari didepan kaki..
Cara merebus telur yang benar:
Ambil panci.....isi dengan air dan rebus "Water Only" hingga hampir mendidih ..kemudian baru masukkan telur, hati-hati masukkan ke panci gunakan sendok sayur..dan ketika telur sudah dingin dikupas kulitnya..semuanya mulus lus...gak ada lagi kuning telur yang terlihat alias telur putih mulus semuanya..
Selamat mencoba dan selamanya ndak akan salah lagi rebus telur yang benar..kasih tau ke anak,cucu dan buyut dikemudian hari..gara-gara jadi Kaskuser jadi pintar kan merebus telur....
Read more

Rabu, 14 Oktober 2009

LOMPATAN PARADIGMATIK

LOMPATAN PARADIGMATIK

PARADIGMA KUHN
A) LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KUHN
Pandangan Kuhn tentang ilmu dan perkembangannya pada dasarnya merupakan respons terhadap pandangan neo positisvisme dan Popper. Proses verivikasi dan konfirmasi-eksperimentasi dari “bahasa ilmiah”, dalam pandangan Vienna Circle, merupakan langkah dan proses perkembangan ilmu, sekaligus sebagai garis pembeda antara apa yang disebut ilmu dengan yang bukan ilmu. Sementara pada Popper, proses perkembangan ilmu-yang menurutnya harus berkemungkinan mengandung salah- itu ,adalah proses yang disebut falsifikasi (proses eksperimentasi untuk membuktikan salah dari suatu teori ilmu) dan refutasi (penyangkalan teori).
Dua pandangan ini tampak seperti berbeda,terutama kriteria dari sesuatu yang disebut ilmiah. Namun sebenarnya keduanya memiliki persamaan, bahkan cukup fundamental. Keduanya jelas memiliki nuansa positivistik dan karenanya juga objektivitastik, yang cenderung memisahkan (dalam arti ada distingsi) antara ilmu dan unsur-unsur subjektifitas dari ilmuwan, keduannya juga memandang, proses perkembangan ilmu adalah dengan jalan linier-akumulasi dan eliminasi.
Kuhn menolak pandangan di atas (pemikiran positivistik-objektivitas dan proses evolusi, akumulasi, dan eliminasi dalam perkembangan ilmu). Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarah, dalam arti sejarah ilmu, suatu hal yang sebenarnya juga dilakukan Popper. Bedanya, Kuhn lebih mengekplorasi tema-tema yang lebih besar, misalnya apakah hakikat ilmu, baik dalam prakteknya yang nyata maupun dalam analisis konkrit dan empiris. Jika Popper menggunakan sejarah ilmu sebagai bukti untuk mempertahankan pendapatnya, Kuhn justru menggunakan sejarah ilmu sebagai titik tolak penyelidikannya. Baginya, filsafat ilmu harus berguru kepada sejarah ilmu, sehingga dapat memahami hakikat ilmu dan aktivitas ilmiah yang sesungguhnya.
B) PARADIGMA DAN KONSTRUKSI KOMUNITAS ILMIAH
Temuan-temuan Khun kemudian diterbitkan dalam karyanya The Structure of Scientific Revolutions, yang memang cukup mengguncang dominasi paradigma positivistic. Dalam bukunya itu, ia menyatakan bahwa ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka-teki yang bekerja di dalam pandangan dunia yang sudah mapan.
Menurut Thomas S. Kuhn, paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.Dengan memakai istilah “paradigma”, ia bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiah nyata termasuk di dalamnnya hukum Teori Aplikasi dan instrumentasi, yang menyediakan model-model, yang menjadi sumber komsistensi dari tradisi riset ilmiah tertentu.
Menurut Kuhn, tradisi-tradisi inilah yang oleh sejarah ditempatkan di dalam rubrik-ribrik seperti “Ptolemaic Astronomy” (ataucopernican), ”Aristotelian dynamic”
(atau Newtonian), “corpuscular optics” (atau wave optics) dan sebagainya.
Pandangan Kuhn ini telah membuat dirinya tampil sebagai prototype pemikir yang mendobrak keyakinan para ilmuwan yang bersifat positivistik. Pemikiran positivism memang lebih menggaris bawahi validitas hukum-hukum alam dan hukum sosial yang bersifat universal, yang dapat dibangun oleh rasio. Mereka kurang berminat untuk melihat faktor historis yang ikut berperan dalam aplikasi hukum-hukum yang dianggap sebagai universal tersebut.
Fokus pemikiran Kuhn ini memang menentang pendapat golongan realis yang mengatakan bahwa sains-fisika dalam sejarahnya berkembang melalui pengumpulan fakta-fakta bebas konteks. Sebaliknya ia menyatakan bahwa perkembangan sains berlaku melalui apa yang disebut paradigma ilmu.
Menurut Kuhn, paradigma ilmu adalah suatu keraangka teoritis, atau suatu cara memandang dan memahami alam, yang telah digunakan oleh sekelompok ilmuwan sebagai pandangan dunia (world view) nya. Paradigma ilmu berfungsi sebagai lensa yang melaluinya ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah tersebut.
Paradigma ilmu dapat dianggap sebagai suatu skema kognitif yang dimiliki bersama. Sebagaimana skema kognitif itu memberi kita, sebagai individu suatu cara untuk mengerti alam sekeliling, maka suatu paradigma ilmu memberi sekumpulan ilmuwan itu suatu cara memahami alam ilmiah. Bila seorang ilmuwan memperhatikan suatu fenomena dan menafsirkan apa makna pemerhatiannya itu, ilmuwan itu menggunakan suatu paradigma ilmu untuk memberi makna bagi pemerhatiannya itu. Kuhn menamakan sekumpulan ilmuwan yang telah memilih pandangan bersama tentang alam (yakni paradigma ilmu bersama) sebagai suatu “komunitas ilmiah”.
Istilah komunitas ilmiah bukan berarti sekumpulan ilmuwan yang bekerja dalam suatu tempat. Suatu komunitas ilmiah yang memiliki suatu paradigma bersama tentang alam ilmiah, memiliki kesamaan bahasa, nilai-nilai, asumsi-asumsi, tujuan-tujuan, norma-norma serta kepercayaan. Dengan begitu paradigma ilmu tidak lebih dari suatu konstruksi komunitas ilmiah, yang dengannya mereka membaca, menafsirkan, mengungkap dan memahami alam. Berdasarkan bukti dari sejarah ilmu, Kuhn menyimpulkan bahwa faktor non-matematis-positivistik, merupakan faktor penting dalam bangunan keilmuwan secara utuh. Dengan begitu, temuan ini memperkuat pemikiran bahwa sains bukannya value-neutral, seperti yang terjadi dalam pemecahan persoalan matematis, tetapi sebaliknya ilmu pengetahuan sesungguhnya adalah value laden, yang terkait dengan nilai sosio-kultural, budaya pertimbangan politik praktis dan sebagainya. Oleh sebab itu filsafat ilmu Kuhn disebut oleh kalangan positivis sebagai psychology of discovery, yang dibedakan dengan logic of discovery sebagaimana positivis.
Bagi Kuhn paradigma lah yang menentukan jenis-jenis eksperiment yang dilakukan para ilmuwan, jenis-jenis pertanyaan yang mereka ajukan, dan masalah yang mereka anggap penting. Tanpa paradigma tertentu, para ilmuwan bahkan tidak bisa mengumpulkan fakta. Dengan tiadanya calon paradigma tertentu, semua fakta yang mungkin sesuai dengan perkembangan ilmu tertentu tampak seakan sama-sama relevan. Akibatnya, pengumpulan fakta hampir semuanya merupakan aktifitas acak .
C) PROSES PERKEMBANGAN ILMU
Menurut Kuhn, proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia tidak dapat terlepas sama sekali dari apa yang disebut –keadaan-“normal science” dan “revolutionary science”. Semua ilmu pengetahuan yang telah tertulis dalam texboook adalah termasuk dalam wilayah “sains normal”(normal science). Sains normal bermakna penyelidikan yang dibuat oleh suatu komunitas ilmiah dalam usahanya menafsirkan alam ilmiah melalui paradigma ilmiahnya.
Sains normal adalah usaha sungguh-sungguh dari ilmuwan untuk menundukkan alam masuk ke dalak kotak-kotak konseptual yang disediakan oleh paradigma ilmiah dan untuk menjelaskan , diumpamakan sains normal itu sebagai Sesuatu yang dapat menyelesaikan masalah teka-teki. Sebagaimana penyelasaian-penyelesaian masalah teka-teki yang menggunakan gambar pada kotak untuk membimbingnya dalam menyelesaikan teka-teki itu, maka suatu paradigma ilmiah memberi komunitas ilmiah suatu gambaran tentang bagaimana sepatutnya bentuk dunia ilmiah mereka , yang dengan begitu semua serpihan-serpihan penyelidikan ilmiah digabungkan satu sama lain.
Kemajuan sains normal diukur menurut banyaknya serpihan dari teka-teki yang dikumpulkan (yakni berapa banyak lingkungan ilmiah yang dapat diamati dan dipahami oleh komunitas ilmiah). Jadi pada dasarnnya, paradigma berkaiatan erat dengan sains normal.
Dalam wilayah “normal science” ada banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan atau terinkonsistensi. Hal ini oleh Kuhn disebut anomolies, keganjilan-kaganjilan, ketidaktepatan, ganjalan-ganjalan atau penyimpangan yang biasa terjadi dan dirasakan oleh para pelaksana di lapangan. Karena terkurung oleh rutinitas, para praktisi sering tidak menyadari adanya anomali yang melekat dalam wilayah “normal science”. Anomalies tidak dapat dipecahkan secara tuntas dalam wilayah “normal science”. Hanya kalangan peneliti serius, pengamat dan kritikus yang secara relatif mengetahui adanya anomalies tersebut . Mereka inilah para pelaku dari apa yang disebut sains luar biasa.
Suatu komunitas ilmiah mulai mengumpulkan data yang tidak sejalan dengan pandangan paradigma mereka dengan alam. Jika paradigma tidak sempurna, maka ini akan memasuki keadaan krisis. Usaha untuk menyelesaikan krisis adalah proses sains luar biasa. Krisis adalah suatu mekanisme koreksi diri yang memastikan bahwa kekakuan pada fase sains normal tidak akan berkelanjutan.
Jika anomolies yang kecil-kecil itu terakumulasi dan menjadi begitu akut dan suatu saat ditemukan penyelesaiannya oleh para ilmuwan. Artinya suatu komunitas ilmiah dapat menyelesaikan keadaan krisisnya dengan menyususn diri di sekeliling paradigma baru, maka oleh Kuhn ini dinamakan “revolusi sains” (revolutionary science).
Jika suatu komunitas ilmiah mengalami revolusi dan perputaran serupa gestalt, maka kemajuan penyelesaian taka-teki yang dicapai pada fase sains normal harus dinilai dari keadaan baru. Hingga mencapai suatu proses pergeseran paradigma (shifting paradigm), yaitu suatu proses dari keadaan “normal sains” ke wilayah “revolutionary science”. Mereka bekerja dalam paradigma umum dan dogmatis menggunakan sumber dayanya untuk menyempurnakan teorinya.
Suatu stabilitas dogmatis dapat diselingi oleh revolusi-revolusi yang sesekali terjadi. Kuhn menggambarkan bermulanya ilmu revolusioner secara gamblang: “Sains normal…sering menindas kebaruan-kebaruan fundamental karena mereka pasti bersifat subversif terhadap komitmen dasarnnya…(namun) ketika profesi tak bisa lagi mengelak dari anomali-anomali yang merongrong tridisi praktek ilmiah yang sudah ada …” , maka dimulaialah investigasi yang berada diluar kelaziman.
Suatu titik tercapai ketika krisis hanya bisa dipecahkan dengan revolusi di mana paradigma lama memberikan jalan bagi perumusan paradigma baru. Demikianlah “sains revolusioner” mengambil alih. Menurut Kuhn, Ilmu berkembang melalui siklus-siklus: sains normal diikuti oleh revolusi yang diikuti lagi oleh sains normal dan kemudian diikuti lagi revolusi. Setiap paradigma bisa menghasilkan sebuah karya khusus yang menentukan dan membentuk paradigma.
Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan komulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh prestasi atau praktik ilmiah konkret. Berikut ini merupakan gambaran paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah yang dapat dijelaskan melalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap pertama, paradigm ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Di sini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam tahap ini para ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya, ini dinamakan anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai.

Tahap kedua, menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu normal.
Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.

PARADIGMA MERTON
Robert King Merton lahir di Philadelphia pada tahun 1910 dan wafat pada tahun 2003. Dilahirkan dari kelas pekerja, Merton merupakan imigran Yahudi Eropa Barat. Merton mendapatkan pendidikan di South Philadelphia High School, dan mendapatkan pengarahah serta memulai karir di bidang sosiologi di bawah asuhan George E. Simpson di Temple University pada tahun 1927 hingga 1931, dan Pitirim A. Sorokin di Harvard University pada tahun 1931 hingga 1936. Meskipun dalam bidang akademik Merton banyak menerima anugrah dari berbagai universitas di seluruh dunia, namun karir percintaan Merton tidaklah semulus karir akademiknya. Merton tercatat dua kali menikah dan memiliki tiga orang anak, salah satunya adalah penerima Nobel di bidang Ekonomi, Robert C. Merton.
Sewaktu kecil, Merton sering berkunjung ke Perpustakaan Carnegie yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Intensitas kedatangan Merton kecil inilah yang menarik perhatian George E. Simpson, dan kemudian menjadikan Merton sebagai asisten dalam berbagai riset yang dilakukannya. Sorokin menjadi pendorong utama bagi Merton untuk menyelesaikan studinya di Harvard, dan menjadikan Merton sebagai asisten utama dalam pengajaran dan penelitian. Tahun 1931, Merton lulus dari Temple College di Philadelphia dan langsung mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Harvard University. Tahun 1936, Merton mendapatkan gelar doktor setelah mempertahankan desertasinya di bawah bimbingan George Sarton dengan tema “Science, Technology, and Society in Seventeenth-century England”.
Merton banyak mengeksplorasi berbagai isu pada sekitar tahun 1930-an. Pada era itu, Merton lebih banyak memfokuskan pada konteks sosial dari sains dan teknologi, khususnya wilayah Inggris pada abad ke-17. Bidang kajian Merton semakin bertambah, di mana ia mulai mengeksplorasi berbagai tema seperti perilaku menyimpang, perilaku birokrasi, dan kompleksitas komunikasi pada masyarakat modern, dan semua itu ia laksanakan pada tahun 1940-an. Pada dasawarsa selanjutnya, Merton mengeksplorasi peran intelektual dalam birokrasi, unit dasar dari struktur sosial, peran dan status, hingga model dasar yang diadopsi oleh banyak orang sebagai sumber nilai dan basis untuk penilaian diri. Kajian Merton mengenai hal-hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengherankan, mengingat ia hidup pada era di mana kajian fungsionalis ala Parson sedang menjadi trend, meskipun pada era 1960-an kajian fungsionalisme telah kehilangan momentum yang membuatnya happening pada masa lalu. Model-model fungsionalis-struktural yang dinisbahkan kepada Parson boleh jadi mencapai masa keemasan pada era Merton. Hal penting yang harus diperhatikan adalah fakta bahwa Merton dipengaruhi oleh Parson karena Merton merupakan salah satu murid Parson. Memang benar bahwa Merton tidak hanya dipengarhui oleh Parson, namun juga oleh P.A. Sorokin, L.J Henderson, E.F Gay, dan George Simmel.
Karir akademik Merton dapat dikatakan sangat bagus. Dari tahun 1936-1939 Merton menjadi pengajar di Harvard, tahun 1939-1941 menduduki posisi professor di Tulane University di New Orleans. Tahun 1941, Merton mengajar di Colombia University dan tetap berada di sana selama 38 tahun. Setelah pensiun pada tahun 1979-1984, Merton tetap aktif sebagai Special Service Proffessor, dan mengundurkan diri dari kegiatan mengajar pada tahun 1984. Sepanjang tahun itu hingga kematiannya tahun 2003, Merton lebih memfokuskan pada kegiatan di luar mengajar, di samping adanya fakta yang tidak dapat disangkal bahwa sepanjang hidupnya Merton telah mendapatkan gelar doktor kehormatan lebih dari 20 universitas di seluruh dunia.

A) REALITAS SOSIAL YANG MELAHIRKAN TEORI
Kehidupan Merton berada pada sebagian besar sejarah Amerika pada era awal abad 20, meskipun ia adalah seorang akademisi, namun Merton pun bersentuhan dengan kegiatan ekonomi dan politik. Merton merupakan contoh yang representatif dalam sejarah Amerika. Sebagai orang yang memulai karirnya dari bawah, Merton merasakan betul sulitnya menjadi orang yang paling bawah dalam struktur sosial. Merton menyadari kebebasan di Amerika atas mobilitas dan keterbukaan terhadap hal itu. Merton pun menyadari bahwa kemungkinan mobilitas yang lebih bebas boleh jadi dipengaruhi oleh demokrasi yang berkembang di masyarakat Amerika. Merton pun pernah merasakan satu masa yang disebut sebagai “great depression”, sehingga memunculkan sensitivitas Merton atas isu-isu sosial, diskriminasi rasial, kemiskinan, deviant dan anomie. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, pada saat Merton hidup penuh pergolakan atas perlawanan terhadap Nazi yang dibawa oleh Hitler, di mana Nazi secara brutal melakukan gonisida atas kaum Yahudi, berkobarnya Perang Dunia II, hingga keruntuhan komunis di Soviet, hal inilah yang membuat Merton, mengutip “brought him to a strong condemnation of totalitarianism”.
Merton boleh jadi sangat dipengaruhi oleh kejadian di dunia politik dan relevansi potensial dari ide-ide ilmiah dalam kehidupan, di mana hal ini dapat dilihat dari tulisannya mengenai peran intelektuan dalam birokrasi, tanggung jawab sosial pada ahli teknologi, dan peran aplikasi ilmu sosial dalam pengambilan kebijakan publik. Tentu saja kajian teoritis Merton yang bersifat praktis dan aplikatif seperti penyimpangan dan anomie, diskriminasi, pola-pola perkawinan, “mesin” politik dan birokrasi. Namun pengaruh yang paling terlihat terletak dalam lingkungan akademik yang ada di sekeliling Merton. Kehadiran Merton dapat dikatakan bertepatan dengan kebangkitan era renaisan sosiologi Amerika. Kehadiran Merton di tengah hiruk-pikuk perdebatan mengenai struktural-fungsional yang dikemukakan oleh Parson, yang memunculkan pertentangan sekaligus kritik dari banyak pihak. Hal ini rupanya turut menyeret Merton untuk turut andil, di samping fakta bahwa Parson merupakan orang yang berpengaruh besar dalam kehidupan Merton.

B) ALIRAN PEMIKIRAN DAN/ATAU TEORI YANG MEMPENGARUHI
Satu hal yang setidaknya dapat dipastikan, Merton sangat dipengaruhi oleh pemikiran Parson mengenai struktural-fungsional. Alih-alih memberikan pengaruh dengan hasil berupa dukungan, Merton justru memberikan kritik atas orang yang pemikirannya mempengaruhi dirinya. Tentu saja bukan hanya Parson yang memberikan pengaruh pada Merton. Bagi sekurangnya terdapat lima orang yang berpanguh besar terhadap corak pemikiran Merton, mereka adalah Durkheim, Marx, Simmel, dan Weber. Selain keempat nama tersebut juga harus disebutkan Parson, Sorokin, dan Sarton. Ketujuh nama ini memberikan andil yang cukup besar terhadap pemikiran Merton meskipun dengan kadar yang berbeda.
Barangkali Merton mendapatkan pengaruh yang cukup banyak dari aliran empirisme, di mana hal ini dapat dilihat dari kritik yang diajukan Merton terhadap tiga postulat dasar fungsionalisme pada awal perkembangan karirnya. Merton menyatakan bahwa ketiga postulat dasar itu tidak lebih dari imaji tingkat tinggi dari para pemikir kawakan, nonempiris dan hanya berdasarkan sistem teoritis abstrak. Model empirisme merupakan model yang mendasarkan diri pada pengamatan dan bukan sekedar utak-atik logika. Dalam kajian fungsionalisme-struktural misalnya, Merton berpendapat bahwa setiap objek yang menjadi sasaran analisis kajian memiliki pola dan berulang. Secara implisit Merton mengetengahkan suatu gagasan bahwa fungsionalisme-struktural bukanlah sesuatu yang abstrak sehingga tidak dapat dilihat melalui realitas empiris. Teori fungsionalisme-struktural yang dikritisi oleh Merton mengalami banyak perombakan dan perubahan, terutama dalam revisi postulat dasar.

C) MIDLLE RANGE THEORY
Merton mengajukan suatu argumentasi dasar bahwa suatu teori harusnya tidak terlalu jauh dari bumi, dan sebagai jalan keluar atas kesulitan teori fungsionalisme ala Parson, maka Merton mengembangkan suatu pendekatan teori tangah atau midlle range theory. Midlle range theory pada dasarnya berupaya untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan bukti empiris. Tentu saja hal ini mudah di mengerti, mengingat Merton mengkritisi para teoritis yang tidak memperhatikan bukti empiris, dan para peneliti yang hanya mengumpulkan data berupa bukti empiris tanpa memahami teori, midlle range theory dengan demikian dimaksudkan sebagai jembatan bagi para teoritisi dan peneliti.
Salah satu aspek penting dari model teori fungsionalisme-struktural ala Merton adalah pengaruh perbincangan yang hangat mengenai integrasi dan disintegrasi. Sebagaimana diketahui, Merton mengkritisi postulat dasar dari fungsionalisme yang berkembang dalam studi antropologi, di mana postulat ini berkeyakinan bahwa praktik kultural yang baku memiliki fungsi atau fungsional bagi masyarakat sebagai suatu kesatuan. Postulat lainnya yang juga dikritik oleh Merton adalah pandangan universalisme fungsional dan juga indespensability. Merton misalnya, memandang bahwa generalisasi mengenai kesatuan masyarakat hanya dapat terjadi dalam masyarakat dengan skala kecil, di mana generalisasi tersebut tidak dapat diterapkan pada masyarakat dengan struktur yang heterogen dan kompleks.
Di satu sisi, model fungsionalisme-struktural banyak memperbincangkan betapa fungsionalisme membentuk suatu integrasi sosial di masyarakat, namun di sisi yang lain, model yang dikembangkan oleh Merton juga banyak memberikan porsi bagi berkembangnya disintegrasi dalam masyarakat. Merton memberikan porsi yang cukup berimbang mengenai studi integrasi dan disintegrasi, meskipun pusat kajian yang dilakukan oleh Merton lebih bertendensi pada kajian integrasi sosial. Merton dalam beberapa kesempatan selalu menegaskan bahwa yang menjadi pusat studi fungsionalisme-struktural seperti pola sosial, peran sosial, pola institusional, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, dan lain-lain.
Read more

PENGANTAR TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI

PENGANTAR TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI

Ada lima komponen sistem informasi yaitu hardware, programs, data, procedures, dan people. Hubungan kelima komponen sistem informasi tersebut dapat dilihat pada gambar-1 berikut :

Machine Human

Hardware
Programs Data Procedures People

Instructions
Actors
Gambar-1. Lima komponen sistem informasi

Disini hanya akan dibahas salah satu dari kelima komponen sistem informasi yaitu Computer hardware yang meliputi input hardware, processing hardware, storage hardware, dan output hardware.


1. INPUT HARDWARE

Input hardware digunakan untuk mentransmisikan data ke processing dan storage hardware. Peralatan yang paling populer untuk memasukkan data yaitu kombinasi antara keyboard dan layar monitor. Layar monitor dianggap sebagai bagian dari input hardware karena digunakan untuk memeriksa apakah data yang akan dimasukkan telah diketik. Di samping jenis input hardware di atas, terdapat juga input hardware lainnya yaitu mouse, scanner, voice recognition device, hardwriting recognition device, machine data input (mis : modem), light pen, dan bar code reader.
Mouse digunakan sebagai interface titik dan click. Pergerakan mouse menghasilkan suatu gerakan yang berhubungan dengan pointer pada layar monitor. Pada umumnya mouse digunakan dalam aplikasi yang berorientasi grafis, misalnya Windows produksi Microsoft.
Scanner digunakan untuk mentransformasikan image grafis atau text ke dalam data computer. Transformasi text dapat menghemat dari pekerjaan retyping sedangkan transformasi image grafis dipakai untuk membaca logo atau simbol grafis untuk aplikasi desktop publishing.
Voice recognition device dipakai untuk memasukkan suara manusia ke dalam signal interpreter. Kebanyakan voice systems yang digunakan sekarang mempunyai vocabulary yang kecil dan harus dilatih untuk mengenal kata-kata tertentu. Caranya, seseorang membacakan sebuah daftar kata-kata yang biasa digunakan sehingga signal interpreter dapat menetapkan polanya. Misalnya pekerja menyebut box yang mereka bawa. Voice input diperlukan karena tangan pekerja sibuk dan tidak dapat mengetik atau memanipulasi peralatan ketik input device lainnya.
Handwriting recognition device digunakan untuk memasukkan data dengan cara menulis pada pad elektronis yang sensitif. Karakter-karakter tersebut dikenali dan dimasukkan ke dalam sistem komputer, biasanya suatu sistem PC (personal computer).
Modem merupakan salah satu jenis alat input data untuk menghubungkan komputer dengan komputer lain melalui jaringan telepon. Jenis input hardware lainnya yaitu light pen yang digunakan untuk menunjuk item-item pada layar monitor dan bar code reader yang biasa digunakan di supermarket untuk mengidentifikasi suatu jenis barang.


2. PROCESSING HARDWARE

Processing hardware meliputi peralatan yang bertugas untuk menghitung, membandingkan dan melaksanakan instruksi-instruksi khusus. Dalam CPU (Central Processing Unit) terdapat control unit, ALU (Arithmetic Logic Unit), dan system memory yang kadang-kadang disebut main memory. Control unit mengambil instruksi-instruksi dari system memory dan menterjemahkannya. ALU melaksanakan instruksi yang telah diterjemahkan. System memory digunakan untuk menyimpan instruksi data dan instruksi program. Untuk menghubungkan CPU dengan peralatan komputer lainnya digunakan data bus atau processor channel. Processor channel terdapat pada mother board, mempunyai expansion slots yang berfungsi untuk menghubungkan dengan peralatan tambahan seperti floppy disks, plotters, printers, mouse, modem, multimedia, dll.
Kapasitas komputer dapat diukur dari kecepatan pemrosesan dan kemampuan ALU untuk memanipulasi data dalam 1 cycle. Kecepatan pemrosesan dapat dinyatakan dalam cycle per second (biasanya dalam satuan MHz) atau dalam instruksi per second, biasanya dalam satuan millions of instructions per second (MIPS). Jumlah data yang dapat dimanipilasi oleh ALU dalam 1 cycle diukur dalam satuan bits (binary digits) dan biasa dipakai sebagai ukuran microprocessor, misalnya : microprocessor Zilog Z-80 merupakan procerssor 8 bit. Microprocessor sekarang yang lebih modern dapat memproses 16, 32, atau 64 bit data, dan bahkan ada yang mempunyai kemampuan lebar bit yang lebih besar.
Ada dua jenis dasar processor memory, yaitu ROM (read only memory) yang bersifat non-volatile dan RAM (random access memory) yang bersifat volatile (isi RAM akan hilang jika power off).
Processing hardware dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu mainframe computer, minicomputer, dan microcomputer. Tetapi sekarang pengelompokan ini sudah agak kabur karena sering terjadi overlap di antara pengelompokan tersebut. Untuk mudahnya dapat kita lihat tabel berikut ini.


Type
Application
Speed Memory
Size Number of Con-current Users
Mainframe Enterprise Informa-tion Systems 10 - 100+MIPS 32-500 MB Hundreds
Minicomputer Workgroup & Small Enterprise System 4 – 40+ MIPS 24-25 MB Dozens
Microcomputer Personal Computing 0.5 – 20+MIPS 0.5-100+MB 1 or dozen in LAN

Ada dua macam Emerging Processor Architectures yaitu complex instruction set computers (CISCs) dan reduced instruction set computers (RISCs). CISCs merupakan jenis CPU konvensional yang mengandung rangkaian untuk mengeksekusi satu range yang lebar dari instruksi-instruksi komputer, sedangkan RISCs merupakan jenis CPU yang hanya menggunakan instruksi-instruksi yang sering digunakan sehingga dapat memproses instruksi 10 kali lebih cepat atau lebih daripada CISCs processor. Beberapa vendor besar seperti IBM, Compaq, Hewlett-Packard, dan Digital Equipment Corporation (DEC) sedang mengembangkan komputer yang bekerja menggunakan RISCs processor.
3. STORAGE HARDWARE

RAM dipakai untuk menyimpan data atau program yang sedang aktif diproses. RAM tidak dapat dipakai sebagai storage hardware karena kapasitas RAM terbatas dan RAM bersifat volatile, dimana data akan hilang jika sistem shut down. Sebagai penggantinya dipakai external magnetic media untuk menyimpan data dan program yang sedang tidak aktif diproses. Ada dua jenis magnetic storage hardware yaitu disk dan tape.
Disk storage banyak digunakan sebagai medium storage dalam industri sistem informasi. Disk storage terdiri atas tracks dan sectors yang merupakan tempat menyimpan data secara magnetik. Data dibaca dan direkam dengan menggunakan read/write heads. Berikut dapat dilihat perbandingan kapasitas disk pada tabel di bawah ini :


Type Size Capacity
Diskette 5-1/4 inches 1.2 MB
Diskette 3-1/2 inches 1.4 MB
Stacked Disk – Microcomputer 5-1/4 inches 100-1000 MB
Stacked Disk – Minicomputer and Mainframe Computer 10-15 inches 0.1-100+ GB


Tape storage merupakan storage yang berbentuk magnetic tape. Keuntungannya yaitu harganya relatif lebih murah, sedangkan kerugiannya yaitu data hanya dapat diakses secara berurutan.
Jenis storage hardware lainnya adalah optical storage hardware. Keuntungan optical disk ialah mempunyai kapasitas yang tinggi, compact, dan durable storage. Sedangkan kerugiannya : sulit untuk merubah data, dan lebih mahal.

Ada tiga macam optical storage hardware, yaitu :
 CD-ROM (compact disk - read only memory), populer digunakan pada multimedia. Optical storage data direkam dengan menggunakan laser untuk membakar lekukan kecil pada permukaan metal master disk. Selanjutnya seperti audio CD, hanya dapat dibaca dan tidak dapat dipakai untuk merekam lagi.
 WORM (write-once/read-many) optical disk, merupakan disk yang hanya dapat ditulisi sekali kemudian hanya dapat dibaca dan tidak dapat dipakai untuk merekam lagi. WORM device dipakai untuk memelihara satu record permanen yang penting dari seluruh data. Misalnya proses transaksi pada jaringan keuangan.
 Erasable optical disks, dapat dibaca dan ditulisi.

4. OUTPUT HARDWARE

Jenis output hardware yang banyak digunakan yaitu printer. Printer dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, salah satu diantaranya character printers, line printers, dan page printers. Character printers umumnya berharga murah, mencetak per karakter, dan lambat. Line printers mencetak per baris, dipakai untuk mencetak sejumlah besar bentuk standard seperti invoice bulanan. Page printers mencetak per halaman, seperti mesin photo copy dan biasanya menggunakan laser untuk menghasilkan printed character.
Klasifikasi berikutnya yaitu impact printers dan nonimpact printers. Impact printers memukul kertas saat mencetak sehingga lebih berisik, misalnya dot matrix printer memukul pita karbon untuk menghasilkan cetakan pada kertas. Sedangkan nonimpact printers menggunakan sitem photoelectric untuk mencetak karakter, misalnya laser printer.
Bit-mapped printer bekerja atas dasar pengalamatan pada setiap dot yang membentuk baris dan kolom halaman kertas. Setiap dot pada halaman kertas dapat diset on (printed) atau off (not printed). Keuntungannya : dapat mencetak karakter dan gambar dengan mulus, tetapi kerugiannya : komputer harus mengirim lebih banyak instruksi dan data ke printer untuk mengcover data dan alamat setiap dot.
Output device lainnya adalah voice output, plotter dan layar monitor. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, layar monitor dapat juga digolongkan sebagai input device. Plotter mempunyai fungsi yang lebih rumit sehingga dapat digunakan untuk membuat grafik, diagram, peta, microfiche, dan microfilm.
Read more

PERBEDAAN ANTARA ILMU YANG ILMIAH DAN NON ILMIAH


-->
2.1 PENGERTIAN ILMU, PERBEDAAN ANTARA ILMU YANG ILMIAH DAN NON ILMIAH
Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dai Yunani, Philos yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom)[1]. Sedangkan filsafat ilmu sebagaimana yang telah didefinisikan oleh The Liang Gie adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia[2].
Di sini kami memiliki beberapa definisi tentang ilmu, ilmu pengetahuan dan pengetahuan:
v Ilmu adalah susunan sistematik berdasarkan kaidah normatif tertentu terhadap keterampilan, pengertian, pemahaman ataupun pengetahuan[3]. The Liang Gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin diketahui manusia[4].
Dalam berbagai literatur, penyusun menemukan bahwa ilmu itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Ilmu Pengetahuan (ilmu yang ilmiah) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan Metode Ilmiah.
2. Ilmu pengetahuan dapat dirumskan sebagai berikut:
“Kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek/lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu”[5].
3. Ilmu Non Pengetahuan adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara sistematik terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di alam pikiran manusia secara deduktif dan analitik. Misalnya: pencak silat, bela diri, kebatinan, matematika dan sebagainya.
v Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Dengan kata lain, pengetahuan ialah realita dari luar diri manusia yang lalu dimengerti, dipahami dan diyakini kebenarannya. Tidak semua pengetahuan adalah ilmiah. Pengetahuan yang ilmiah itu tak lain ialah Ilmu Pengetahuan, sedangkan Pengetahuan yang Non Imiah seperti intuisi, metafisika dan wahyu ilahi tidak dapat diuji kebenarannya secara ilmiah. Kalau Ilmu Pengetahuan itu teruji secara ilmiah dan dikatakan kebenarannya sebagai kebenaran ilmiah, maka Intuisi dan Metafisika kebenarannya dikatakan meragukan. Sedangkan dengan wahyu Ilahi, kebenarannya adalah mutlak dan tidak memerlukan uji ilmiah bagi yang meyakininya.
Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja ataupun metode ilmiah.
Sedangkan yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali. Karena pengamatan indrawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja ilmiah sering juga disebut suatu lingkaran atau siklus empiris.
Berpangkal pada pengamatan kejadian-kejadian, baik dari pengalaman akan alam langsung atau dari hasil percobaan yang didesain, melalui induksi dapat dirumuskan hipotesis yang dapat menjelaskan persoalan yang dihadapi. Hipotesis diuji coba kebenarannya, bila terbukti benar dalam pelbagai pengujian dan ditemukan pola yang berulang, dapat dirumuskan hukum empiris dan bentuk universal. Kumpulan hukum yang serumpun dan tertata secara sistematis membentuk teori ilmiah. Berdasarkan teori yang sudah didukung bukti secara deduktif dapat diturunkan hipotesis baru dalam rumusan putusan universal. Berdasarkan hukum alam yang telah ditemukan dapat dibuat prediksi yang benar-salahnya akan diuji coba dalam suatu pengujian empiris. Metode ilmiah melibatkan perpaduan antara cara kerja induktif, deduktif dan abduktif.
Ilmu harus diusahakan dengan aktifitas manusia, aktifitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktifitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 (lima) ciri pokok sebagai berikut :
1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha mebeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.
Metode ilmiah adalah teknis untuk memperoleh pengetahuan baru, atau memperkembangkan pengetahuan yang ada, prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, untuk menghasilkan dan memperkembangkan pengetahuan yang ada.
Pencarian yang sistematis, peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada merupakan prosedur yang biasa digunakan para ilmuan, biasa disebut dengan metode ilmiah. Ilmuan pada umumnya manusia biasa, ia juga bisa terjebak kedalam sikap pemujaan yang berlebihan terhadap metode, sikap yang demikian itu disebut dengan Metodolatri. Anggapan bahwa metode tujuan hakiki dari suatau proses ilmiah, namun kenyataannya metode merupakan suatu sarana untuk mendapati kebenaran ilmiah.
2.2 OBJEK-OBJEK ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method) dan sistem tertentu. Jadi pengetahuan yang benar tentang objek itu tidak bisa dicapai secara langsung dan sifat daripadanya adalah khusus.
Ilmu pengetahuan ini diciptakan oleh manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tidak berkesudahan terhdap objek, pikiran atau akal budi yang menyngsikan kesaksian indera karena indera dianggap sering menipunya. Kesangsian akal budi ini lalu diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah sesuatu itu? Mengapa sesuatu itu ada? Bagaimana keberadaannya? Dan apa tujuan keberadaannya itu? Masing-masing pertanyaan itu akan menghasilkan :
a. Ilmu pengetahuan filosofis yang mempersoalkan hakikat atau esensi sesuatu (pengetahuan universal).
b. Ilmu pengetahuan kausalistik, artinya selalu mencari sebab musabab keberadaannya (pengetahuan umum bagi suatu jenis benda).
c. Ilmu pengetahuan yang bersifat deskriptif-analitik, yaitu yang mencoba menjelaskan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh suatu jenis objek.
d. Ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, yaitu yang mencoba memahami norma suatu objek yang dari sana akan tergambar tujuan dan manfaat objek.
Adapun objek pengetahuan itu ada yang berupa materi (objek materi) dan ada yang berupa bentuk (objek formal).
Dari suatu definisi tentang filsafat yang penyusun kutip dari satu buku, yang berbunyi:
“Filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab yang pertama atau prinsip-prinsip yang tertinggi dari segala sesuatu yang dicapai oleh akal budi manusia”.
Jelas yang menjadi objek materialnya (lapangannya) ialah sesuatu yang dipermasalahkan filsafat. Sedangkan objek formalnya (sudut pandangnya) ialah mencapai sebab-sebab yang terdalam dari segala sesuatu, sampai kepada penyebab yang tidak disebabkan , ada yang mutlak ada, yaitu penyebab pertama (causa prima) yaitu Allah itu sendiri[6].
Yang disebut objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan. Adapun objek materi itu bisa saja berupa benda-benda material maupun yang non material. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Objek materi tidak terbatas pada apakah ada di dalam realitas konkret atau di dalam realitas abstrak.
Suatu objek materi, -apakah yang material maupun yang non material- sebenarnya merupakan suatu substansi yang tidak begitu saja mudah diketahui. Lebih-lebih yang non material, sedangkan yang material pun sebagai suatu substansi mempunyai segi yang sulit dihitung dan ditentukan jumlahnya.
Kenyataan itu mempersulit usaha untuk memahami maknanya. Oleh karena itu, dalam rangka mengetahui maknanya, orang lalu melakukan pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang dimiliki objek materi itu dan tentu saja menurut kemampuan seseorang. Cara pendekatan inilah yang kemudian dikenal sebagai “objek formal” atau cara pandang. Cara pandang ini berkonsentrasi pada satu segi saja sehingga menurut segi yang satu ini orang mendapat kejelasan. Dengan demikian, lalu tergambarlah lingkup suatu ilmu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan” pengetahuan sudah ditentukan.
Ambillah contoh, objek materi “manusia” sendiri. Dari segi kejiwaan, keragaan, keindividualan, keosialan dan segi dirinya sebagai makhluk Tuhan, masing-masing menentukan lingkup dan wawasannya sendiri, wajarlah jika pengetahuan yang diperoleh juga berlainan.
Bagi ilmu pengetahuan, perbedaan pengetahuan yang dihasilkan oleh masing-masing segi itu justru harus seperti itu. Karena dengan demikian pengetahuan tentang manusia itu tadi bisa semakin lengkap dan jelas. Yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah justru jika tinjauannya berbeda, namun hailnya tetap sama. Hasil seperti itu jelas menunjukkan bahwa cara menentukan hal itu tidak benar. Hal ini selanjutnya jelas akan mempengaruhi tahapan-tahapan pendekatan berikutnya. Dalam keadaan demikian, terjadilah overlapping yang akan membuat kerancuan. Overlapping bukannya tidak perlu sama sekali, tetapi jika harus dilakukan maka seharusnya diposisikan sekedar sebagai referensi saja. Suatu pendekatan menurut segi tertentu seharusnya dilakukan secara sistematik dan konsisten sesuai dengan “benang merah” lingkupannya.
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa menurut objek formalnya, ilmu pengetahuan itu justru berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alam), karena pendekatan yang dilakukan menurut segi yang fisis. Ada pula yang tergolong ilmu pengetahuan non-fisis (ilm pengetahuan sosial dan humaniora serta ilmu pengetahuan ketuhanan), karena pendekatannya menurut segi kejiwaan. Golongan pertama termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif, sedangkan golongan kedua merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat kualitatif[7].
2.3 SUMBER-SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berangkat dari tradisi pemikiran filsafat barat berawal dari abad ke 6 sebelum Masehi yang ditandai dengan runtuhnya mite dan dongeng yang selama ini dipercaya menjadi referensi pengetahuan manusia. Manusia mencari penjelasan tentang kejadian alam semesta melalui mite. Ada dua bentuk mite yang berkembang, yaitu Mite Kosmogenis yang mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan Mite Kosmologis yang mencari asal-usul serta sifat kejadian alam semesta[8].
Ada beberapa sumber ilmu pengetahuan yang kita ketahui, yaitu kepercayaan yang berdasarkan tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan agama, kesaksian orang lain, pancaindera (pengalaman), akal pikiran dan intuisi individual.
Ø Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan menunjukkan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui cara mewarisi apa saja yang hidup dan berlaku dalam adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan kehidupan keagamaan. Biasanya, sumber ini sangat kaya akan kandungan pengetahuan berupa pandangan hidup sebagai norma-norma atau kaidah-kaidah untuk membentuk sikap, cara dan tingkah laku hidup. Dengan pengalaman, manusia dalam masyarakatnya bisa menyelenggarakan hidup secara bersama.
Tingkatan ini diperoleh dengan cara yang sangat sederhana tanpa menggunakan pendekatan-pendekatan dan metode-metode apapun. Pengetahuan ini diperoleh secara langsung, dengan serta-merta yang secara naluriah diterima begitu saja (receptive) tanpa memerlukan alasan, pembuktian dan pengujian akan kebenarannya.
Ø Lain daripada itu, ada pengetahuan yang bersumber dari kesaksian orang lain. Pengetahuan ini masih tetap dalam satu suasana dengan yang terdahulu. Orang-orang tertentu yang dapat dipercaya karena sudah dianggap memiliki pengetahuan yang benar, lalu menjadi panutan yang andal bagi orang-orang pada umumnya dalam hal-hal bagaimana memandang hidup dan bertingkah laku. Orang-orang itu seperti guru, ulama, cendekiawan, orang yang dituakan dan sebagainya.
Satu hal yang menjadi perhatian mengenai pengetahuan yang bersumber dari kesaksian orang lain adalah apakah orang itu dapat dipercaya atau tidak. Dalam artian bahwa apakah pengetahuan orang itu dihasilkan dari upaya pemikiran, penelitian atau penyelidikan yang cermat sehingga kebenarannya dapat diyakini ataukah tidak.
Ø Selanjutnya, bagaimanakah pengetahuan yang bersumber dari pancaindera? Pancaindera bagi manusia merupaka alat vital bagi penyelenggaraan kehidupan sehari-hari. Boleh dikatakan bahwa hampir seluruh persoalan hidup sehari-hari bisa diatasi dengan penggunaan alat pancaindera. Satu saja diantaranya tidak berfungsi, maka manusia akan berkurang pengetahuannya walaupun manusia itu masih bisa mengembangkan kehidupannya. Akan tetapi jika semua pancaindera itu tidak berfungsi, boleh jadi manusia masih bisa hidup walaupun jelas tidak bisa mengembangkan kehidupannya. Jika demikian, manusia hany akan hidup dengan insting atau nalurinya saja. Karena pada hakikatnya, aktifitas pancaindera manusia berkaitan erat dengan akal pikiran, perasaan dan kemauan (tri potensi kejiwaan).
Daya kemampuan pancaindera dalam kegiatan mengetahui memang sangat terbatas. Hal ini berarti belum ada kemampuan untuk menangkap pengetahuan yang sebenarnya. Pada setiap barang atau hal, di alam dirinya sendiri mengandung pengetahuan yang nampak (appreance) dan pengetahuan yang sebenarnya (actual). Dengan pancaindera kita mendapatkan pengetahuan berupa gejala-gejala. Oleh sebab itu, kita sering tertipu dalam bersikap dan bertingkah laku.
Namun pengetahuan inderawi ini tidak boleh diabaikan sama sekali. Terutama sumbangannya kepada penyelenggaraan kehidupan sehari-hari dan eksplorasi pengetahuan selanjutnya dalam rangka memperoleh kebenaran yang valid.
Sebenarnya, pengetahuan inderawi adalah potensi bagi pengetahuan yang bersumber dari akal pikiran. Berbeda dengan pancaindera, akal pikiran ini bersifat spiritual. Akal pikiran cenderung untuk menangkap pengetahuan umum yang tetap dan tidak berubah-ubah terhadap suatu barang atau hal-hal yang menggejala di dalam jenis, bentuk dan sifat yang berubah-ubah dan beraneka ragam.
Ø Bagi akal pikiran, apa yang diketahui oleh pancaindera itu hanyalah sekedar “bahan mentah” yang perlu dibentuk menjadi suatu sistem sehinggamenjadi “konsep” atau “prinsip” yang merupakan sebuah pengetahuan umum. Pengetahuan yang bersumbe dai akal pikiran ini pada umumnya diakui sebagai pengetahuan yang lebih benar, lebih jelas dan pasti.
Ø Sumber pengetahuan terakhir adalah intuisi. Pada diri manusia, intuisi menempati bagian kejiwaanyang sangat sentral sehingga benar-benarbersifat batiniyah sekali. Dengan kata lain, intuisi merupakan gejala batin yang sangat pribadi.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan, intuisi memperoleh pengetahuan secara langsung tetapi jelas dan pasti bagi orang tertentu. Namun demikian, apa yang diketahui secara intuitif bagi seseorang belum tentu sama bagi orang lain. Artinya, cara seseorang mendapatkan pengetahuan yang pasti itu tidak/belum tentu bisa berlaku bagi orang lain. Jika dengan tiba-tiba seseorang tergerak untuk melakukan perbuatan tertentu dengan penuh keyakinan, maka itulah dunia intuisi.
Jika dilihat secara menyeluruh, sumber-sumber pengetahuan tersebut selaras benar dengan proses mendapatkan pengetahuan yang benar. Pada saat orang mengagumi sesuatu, ia cenderung menerima secara langsung pengetahuan yang diberikan oleh oleh kepercayaan dan kesaksian orang lain. Tetapi, ketika seseorang mulai menggunakan alat indera untuk mendapatkan pengetahuan, maka ia mulai meragukan pengetahuan yang bersumber dari kedua sumber tersebut. Ketika akal pikiran digunakan, maka seseorang telah meninggalkan keraguan dan sudah memiliki perkiraan dan pendapat. Kemudian, sumber intuisi juga merupakan pengetahuan meyakinkan yang mempunyai relevansi dengan keyakinan sebagai akibat dari pengetahuan yang pasti[9].
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang telah kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri pada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum manusia berusaha memikirkannya. Paham dikenal dengan idealisme.
Masalah utama yang timbul dari cara berpikir ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya. Jadi masalah utama yang dihadapi oleh kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif. Karena premis-premis ini semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak dan terbebas dari pengalaman maka evaluasi semacam ini tak dapat dilakukan. Oleh sebeb itu, maka lewat penalaran rasional yang akan didapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai satu objek tertentu tanpa adanya konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsisitik (hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam benak orang yang berpikir tersebut) dan subjektif.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang kongkret. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia. Gejala itu kalau kita telaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu.
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif[10].


[1]M. Zainuddin, Filsafat Ilmu, Perspektif Pandangan Islam (Malang : Banyumedia Publishing, 2003), hal. 23.
[2] Surajiyo , Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), hal. 64.
[3]Peter Soedojo, Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), hal. 33.
[4]Surajiyo, op.cit., hal. 62.
[5] Burhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hal. 15.
[6] Burhanuddin Salam, Ibid., hal. 3.
[7] Peter Soedojo, op.cit., hal. 70-72.
[8] Achmad Charris Zubair, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia Kajian Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002), hal. 83.
[9] Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 59-64. Dengan sedikit perubahan.
[10] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Sinar Harapan, 2001), hal. 51-54.
Read more