Sabtu, 18 Juni 2011

Bagaimana Memperoleh Ilmu Pengetahuan


Ilmu Pengetahuan
Sebelum kita mengetahui tentang bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan, maka kita terlebih dahulu untuk mengetahui unsure-unsur, macam-macam ilmu pengetahuan, tumpuan ilmu pengetahuan dan batas pengetahuan pengetahuan, dimana hal-hal tersebut sangat berpengaruh pada saat memperoleh ilmu pengetahuan.
Yang pertama yaitu tentang unsur-unsur pengetahuan. Ungkapan unsure yaitu pengamatan (mencamkan),sasaran (objek), dan kesadaran (jiwa).ketiga unsure ini merupakan kesatuan yang saling mengikat.
Pengamatan ialah penggunaan indera lahir atau batin untuk menangkap objek. Pengamatan merupakan bentuk pengalaman yang digunakan untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Bentuk lain ialah pengamatan subjek berada diluar sesuatu; sedangkan dalam pengalaman, subjek justru berada didalamnya. Dilihat dari sisi pengantaranya, ada dua macam pengalaman, yaitu pengalaman lahir dan pengalaman batin. Pengalaman lahir ditangkap oleh indera lahir (pancra indera), adapun pengalaman batin hanya bias dihayati oleh indera batin.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikanm oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurlan lewat nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan hanya mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga ma\encakup masalah-masakah kyang bersisfat trasendetal seperti latar belakang penciptaan manusia dari hari kemudian di hari kiamat nanti. Pengetahuan ini didasarkan pada kepercayaan akal akan hal-hal gaib (supranatural). Kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan sumber pengetahaun, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan kepada wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyususnan dari pengeathaun ini. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat diterima. Pernyataan ini bias selanjutnya dikaji dengan metode lain. Secara rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan yang terkandung didalamnya bersifat konsisten atau tidak. Dipihak lain, secara empiris bis dikumpulkan fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut atau tidak. Singkatnya, agama dimulia dengan rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu bisa meningkay atau menurun. Pengetahuan lain, seperti ilmu umpamanya, bertitiktolak sebaliknya. Ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.[1]
Sasaran adalah sesuatu yang menjadi bahan pengamatan. Bagaimana validitas pengetahuan seseorang?. Diantaranya yang menentukannya ialah jenis sasaranya:
a)         Kalau saasaranya adalah objek empiris, maka pengetahuanya disebut sungguh,karena terbukti dalam kenyataan pengalamanya;
b)         Jika sasaranya adalah objek ideal, maka pengetahuannya disebut pasti, karena tunduk pada hokum pirkir;
c)         Bila sasaranya adalah objek transenden, maka pengetahuanya disebut yakin, karena hanya berada dalam alam kepercayaanya.
Kesadaran adalah salah satu dari alam yang ada pada diri manusia. Jiwa terdiri atas dua dunia, yaitu alam sadar dan alam bawah sadar. Keduanya senantiasa ada pada satu waktu, diman alam bawah sadar jauh lebih besar dari pada alam sadar. Contoh: pada saat orang membaca misalnya, apa yang ia sadari hanyalah bacaan yang ada dihadapanya, seadngkan hal yang lain, seperti dirinya, pakainya, sikapnya, dan tempat duduknya, atau situasi sekitarnya, sama sekali tidak disadari.
Kemudian yang kedua adalah mengetahui macam pengetahuan. Dilihat dari segi lingkup sasaranya, ada dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan umum (contoh pertama) dan pengetahuan khusus (contoh kedua). Dalam hal ini perlu dihindari penyamaan pengetahuan dengan ilmu. Pengetahuan umum masuk kedalam dunia idea, tertangkap dalam pikiran, berada dalam alam abstrak, dalam ketentuanya berlaku universal. Sedangkan pengetahuan khusus masuk kedalam dunia empiris, tertangkap dalam pengalaman, berada dalam alam konkrit, dan ketentuanya berlaku partikular.
Pengetahuan langsung hampir setiap saat dapat ditemui orang dalam hidupnya, baik melalui pengamatan lahior dan pengamatam batin. Orang menyebut pengetahuan ini sebagai pengalaman (empiris). Mendapatkanya tidak sulit asal ada kesadaran. Berbeda dengan ha itu, untuk mendapatkan pengetahuan tak langsung secara konklusi, diperlukan pemikiran lurus. Lain lagi pengetahuan tak langsung melalui autorirti, disitu dibutuhkan kemantapan hati.
Apa yang dikemukakan diatas adalah jenis pengetahuan dan cara mendapatkanya dalam hubunganya dengan alam disana. Miska Muhammad amien menjelaskan adanya dua macam pengatahuan wahyudan pengetahuan ilham.[2]
Dengan adanya berbagai jenias pengetahuan diatas, timbul pertanyaan, bagaimana manusia bias tahu?. Bagaimana orang (konkrit) bias berpindah adri pengetahuan indera (konkrit) menuju pengetahuan budi (abstra) ?.
Menurut I.R. poedjawijatna, jalan menuju perolehan pengetahuan ialah penginderaan, tanggapan, ingatan, dan fantasi.
Dalam menangkap objek konkrit, tidak semua indera digunakan, melainkan hanya indera tertentu. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperolehpun tertentu pula, berlaku bagi hal yang khusus. Sebagai cintoh, awan hanya bias dilihat, suara hanya bias didengar.
Indera mempunyai batas jangkauan, dan juga memiliki kelemahan. Pada jarak yang melebihi ketentuan suara menjadi tidak terdengar. Tongkat yang dicelupkan sebagian kedalam air, terlihat bengkok. Maka tinggal kepandaian akallah untuk memutuskannya. Indera yang menangkap rangsanga (objek) diluar, akan meninggalkan kesan pada manusia, yng berupa cirri atau sifat objek itu. Kesan itu disebut tanggapan. Tanggapan ini mungkin jelas, mungkin juga samar, boleh jadi berisi banyak sifat, akan tetapi bis ajuga hanya sedikit. Disini, factor selera banyak menentukan kadar pengetahuan. Akibatnya, hanya ospek tertentu dari objek tersebut yang diperhatikan, artinya pengetahuan belum menyeluruh (pengetahuan khusus).
Tanggapan sebagai hasil penginderaaan ini kemudian (seakan-akan) disimpan oleh manusia, dan pad awaktu tertentu ia akan muncul dengan sendirinya atau disengaja. Hal in disebut ingatan. Gambaran objek yang telah diindera menjadi bahan ingatan, mungkin semakin lama semakin memudar dan akhirnya lenyap. Namun harus disadari bahwa hal itu tetap tersimpan dalam jiwa manusia. Keadaan pada sat gambaran itu sirna, disebut lupa.ingatan berperan penting dalam hidup.
Guna membuktikan dan membenarka bahwa dirinya memiliki pengetahuan, seseorang akan mengucapkan atau menukiskanya dalm bentuk perkataan. Perkataan adalan dereta kata-kata yang mengungkapkan maksud. Akan tetapi, adakalanya seseorang memiliki pengetahuan bahas ayang rendah atau perbendaharaaan yang terbatas, sehingga dituntut lihai memilih kata-kata yang tepat (diction), gaya yang bermakna (style), sussunan yang rapi (composition),dan alas an yang kuat (argumentation).
Bagaimana tahap pengetahuan orang akan sesuatu, Ahmad Hanafi, M.A., mengemukakan beberap fase pengenalan:[3]
1)         Mengamati hal inderawi secara beruntun: bentuk-warna-ukuran-letak-dan seterusnya. Misalnya bola bulat putih yang besar dikeranjang.
2)         Mengenal cirri pokok (esensial) sekalipun sifat inderawi (aksidental)nya berubah-ubah. Misalnya, kursi makan. Ciri esensialnya, adalah alas, kaki, sandaran, sedangkan cirri aksidentalnya, adlah model, bahan, ukuran, dan seterusnya.
3)         Mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain berdasarkan kemiripanya atau pertalian kegiatan, untuk dijadikan pengalaman. Misalnya, hubungan antara awan tebal dan turun hujan, antara minum obat dan sehat kembali.
4)         Menyingkap rahasia hubungan sebab akibat (dari dua pengetahuan), dimana pengalaman menjadi ilmu yang diyakini. Misalya, awan tebal mengakibatkan hujan turun karena awan tebal mangandung uap air.
5)         Menylidiki persoalan yang lebih umum dan lebih jauh, yang hanya ditanggulangioleh akal pikiran semata (hal yang berada dibelakang ilmu positif) yaitu filsafat. Misalnnya mempertanyakan, dari apakah benda pada umumnya tersusun?.
6)         Memahami makna pengetahuan itu sendiri, serta cara dan syarat pengetahuan, yang tidak memiliki kemiripan dengan ilmu positif, yaitu logika.
7)         Memperhatikan apa yang seharusnya diperbuat oleh perseorangan atau masyarakat, yang berbeda dengan tinjauan sosiologi (gejala kemasyarakatana), yaitu etika atau  akhlak.
Secara singkat, orang mengenal sesuatu secara bertahap, yaitu ujud lahiriahnya, cirri pokoknya, hubunganya dengan hal yang lain, ikatan kausalitasnya, penyebab utamanya, proses pendalamanya, dan penerapan tindak lanjutnya.



[1] Drs. Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, cetakan pertama 1995, Hal. 161.
[2] Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam, Jakarta,1983,hal. 19.
[3] Ahmad Hanafi, MA., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Jakarta, 1990, hal 5.
Load disqus comments

0 komentar