Sabtu, 18 Juni 2011

Ukuran Dan validitas Kebenaran iIlmu Pngetahuan


Ukuran Dan validitas Kebenaran iIlmu Pngetahuan
Ilmu berisi teori-teori. Jika kita mengambil buku Ilmu (sain) Pendidkan, maka kita akan menemukan teori-teori tentang pendidikan. Ilmu memebicarakan teori-teori bumi, ilmu hayat membahas tentang teori tentang makhluk hidup. Demikian seteruanya. Jadi, isi ilmu adalah teori. Jika kita bertanya apa ukuran kebenaran ilmu pengetahuan, maka yang kita Tanya adalah apa ukuran kebenaran teori-teorinya.[1]
Ada teori ekonomi: bila penawaran sedikit, permintaan banyak, maka harga akan naik. Teori ini sangata kuat, Karen akuatnya maka ia ditingkatkan menjadi hokum, disebut hokum permintaan dan penawaran. Berdasarkan hokum ini, maka barangkali benar dihipotetiskan: Jika hari hujan terus, mesin pemanas gabah tidah diaktifkan, maka harga beras akan naik. Untuk membuktikan apakah hipotetis itu benar atau salah, kita cukuo melakukan dua langkah, pertama, kita uji apakah teori itu logis? Apakah logis jika hari hujan terus harga gabah akan naik?
Jika hari hujan terus, maka orang tidak dapat menjemur padi, penawaran beras akan turun, jumlah oranag yang memerlukan akan tetap, orang berebut membeli beras, kesempatan itu dimanfaatkan pedagang beras untuk memperolrh untung sebesar mungkin, maka harga beras akan naik. Jadi, logislah bila bila hujan terus harga beras akan naik. Hipotetis itu lulus ujian pertama, uji logika. Kedua, uji empiris. Adakan eksperimen. Buatlah hujan buatan selama mungkin, mesin pemanas gabah tidak diaktifkan, beras dari daerah lain tidak masuk. Perikasa pasar. Apakah harga beras naik? Secara logika seharusnya naik. Dalam kenyataan mungkin saja tidak naik, mislanya karena morang mengganti makanannya dengan selain beras. Jika eksperimen dikontrol dengan ketat, hipotetis tadi pasti didukung dengan kenyataan. Jika didukung dengan kenyataan (beras naik)maka hipotetis itu menjadi teori, dan teori itu benar, karena ia logis dan empiris.
Jika hopetetis terbukti, mak pada saatnya ia menjadi teori. Jika sesuatu teori selalu benar, yaitu jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik tingkay keberadaanya menjadi hukun atau aksioma.
Agaknya banyak mahasiswa menyangka bahwa hipotetis bersifat mungkin benar mungkin salah, dengan kata lain, hipotetis itu kemungkinan benar atau salahnya sama besar, fifty-fifty. Pesangkaan itu salah.
Hipotetis dalam ilmu pengetahuan dialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya. Belum atau tidak ada bujti empiris bukanlah bukanlah merupakan bukti bahwa hipotwtis itu salah. Hipotetis benar, bila logis, titik. Ada atau tidak ada bujti empirisnya adalah soal lain. Dari sis\ni yahulah kita bahwa kelogisan suatu hipotetis-juga teori-lebih penting ketimbag bukti empirisnya. Dan yang terakhir, bahwa kesimpulan itu penting.



[1] BakhtiarAmsal, Filsafat Ilmu. 2007, hal. 167.
Load disqus comments

0 komentar